@dmin

Eropa dan Amerika Incar Pasar Asia

Di hadapan 260 eksportir asal Eropa dan Amerika, Edgare Kerkwijk dari Rabo Bank menganalisis pasar hortikultura dunia. Kesimpulan wakil bank pertanian berbasis di Belanda ini, Asia menjadi sasaran tembak produsen pertanian Eropa dan Amerika. Sementara pasar mereka sendiri sudah mulai jenuh.

Persaingan dengan buah impor dan makanan ringan menjadikan pasar buah dan sayuran Eropa dan Amerika cenderung stabil. Terbukti konsumsi buah di Belanda selama kurun waktu 1995—1998 hanya naik lkg/kapita. Pada 1995 konsumsinya 84kg/kapita dan menjadi 85kg/kapita pada 1998. Konsumsi buah Jerman malahan turun dari 60kg/kapita pada 1995 menjadi 59kg/kapita pada 1998.

Konsumsi buah di kawasan Eropa dan Amerika selama 1995-1998 memang berada di bawah angka rekomendasi, 100kg/kapita. Dengan keadaan pasar seperti itu, para eksportir tersebut harus mencari pasar baru, salah satunya Asia.

Mereka bidik Asia

Meski sempat loyo karena hantaman badai krisis ekonomi, ada kecenderungan pasar Asia mulai pulih. Edgare Kerkwijk mengungkapkan, Jepang salah satu pasar paling potensial. Perbandingan impor ekspor buah segar negara tersebut 98:2.

Memang ada anggapan produk lokal Jepang lebih baik daripada produk impor. Akan tetapi, sepuluh tahun terakhir ini produksi buah negeri sakura tersebut turun 1,9%. Karenanya peluang impor ke Jepang tetap terbuka.

Pasar potensial lain ialah Hongkong, Singapura, Malaysia, Korea Selatan dan India. “Ada kecenderungan Malaysia semakin tergantung produk impor,” ungkap Edgare Kerkwijk. Impor buah Malaysia selalu meningkat 3% per tahun.

Yang sudah menggarap pasar Asia secara sistematis ialah Australia. Pangsa pasar produk Australia di Asia cukup besar. Buktinya, ketika Asia terlanda krisis pun ekspor Australia ke kawasan itu tetap memberikan kontribusi utama.

Asia jadi pemain penting

Asia bukan hanya obyek dalam perdagangan tersebut. Kawasan ini memiliki peluang memasarkan produknya ke Eropa dan Amerika. “Apalagi masing-masing kawasan memiliki buah dan sayuran unggul yang tidak dapat dibudidayakan di kawasan lain,” ujar Roland Wong, marketing manager Pan Commercial.

Produk tropis, seperti pisang, mangga dan kubis sulit tumbuh di daerah temperate. Sementara Eropa dan Amerika mempunyai brokoli. Akibatnya, “Kita bisa mengekspor buah dan sayuran tropis, tapi kita pun mengimpor buah dan sayur temperate” urainya.

Asia menempati urutan pertama untuk produksi pisang, apel, dan nenas. Sejumlah 45% pasar pisang dunia dipasok dari Asia. Sementara untuk apel dan nenas pangsanya mencapai 50%.

Sayang, belum seluruh hasil produksi tersebut mampu berbicara di pasaran dunia. India, misalnya. Negara ini penghasil buah terbesar ke-2 dunia, menguasai 22% produksi dunia. Akan tetapi, hanya 0,2% buah dan sayuran India yang diekspor. Penanganan pascapanen dan minimnya fasilitas pendukung menjadi penyebabnya.

Tertinggal jauh

“Untuk kawasan Asia Tenggara baru Thailand yang siap mendunia,” ungkap Roland. Kualitas produk mereka sudah memenuhi standar perdagangan dunia. Apalagi didukung infrastruktur, seperti cold storage.

Thailand saat ini dinobatkan sebagai negara penghasil nenas terbesar dunia. Pangsa pasarnya mencapai 17,5%. Negara ini bahkan berhasil mengekspor mangga ke Kanada dan Inggris.

Negara Asia Tenggara lain yang mencoba mengikuti jejak Thailand adalah Malaysia. Negeri Jiran ini sedang mencari pasar belimbing dan melon ke Eropa setelah berhasil mengekspornya ke Hongkong.

Indonesia sendiri masih tertinggal dibanding keduanya. Infrastruktur, seperti pelabuhan dan fasititas cold storage yang belum memenuhi standar menjadi kendala. Padahal peluang Indonesia sebagai pemain cukup besar. Dengan iklim yang dimilikinya, hampir semua komoditas perdagangan dunia bisa tumbuh di Indonesia.

Edgare Kerkwijk menyampaikan hasil pengamatannya pada Asia Fruit Congress. Konferensi bisnis yang diselenggarakan oleh Asia Fruit Magazine itu berlangsung di Singapura pertengahan April. Bersamaan dengan kongres, di Singapore Expo pun berlangsung pameran Food Hotel Asia 2000. Sebuah ajang kontak bisnis para pelaku agribisnis dunia.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.